Maradona Sihombing
Sang Muhajir
Jangan ajari ia seni memeluk hidup
Hiruk pikuk dunia tak ia hirau
Onggokan emas, istana megah ia abaikan
Berlari ia menapaki jalan Tuhan
Jalan yang belum pasti kau susuri
Jangan ajari ia cara merawat sabar
Bertubi-tubi cobaan ia taklukkan
Kehilangan beragam nikmat hidup
Sudah biasa ia rasakan
Tiada sesuatu mampu menggoyahkan
Ia terus berlari mendekati Tuhan
Mendekap makna hijrah di garis cinta Sang Maha
Jangan ajarkan ia bagaimana mengenal Tuhan
Sejak lama makrifat bertahta pada iman
Tauhid suci melekat di dada
Menghangatkan nuansa kalbunya
Jangan ajarkan sesuatu padanya
Ia sang muhajir yang telah lama menyatu dengan kasih-Nya
Biodata :
Maradona Sihombing, lahir di Dusun Bintais Jae, Labuhanbatu, Sumatera Utara. Menyelesaikan S1-nya dari Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir, pada jurusan Syariah Islamiyah (2013). Ia tinggal di dusun kelahirannya. Facebook Maradona Sihombing. Puisi-puisinya pernah dimuat di Koran Expos Independent, Sumatera Utara. Beberapa karya yang telah ia hasilkan seperti Mutiara 2 Negeri (Insan Cita, 2014), antologi puisi Dongeng Sang Jenderal (Qudsiyah Press, 2014), antologi puisi Ibu dalam Balutan Rindu – 70 Penyair Indonesia (FAM Publishing, 2015), antologi puisi Tentang Kota yang Menjaga Takbir dalam Degup Dada – 80 Penyair Indonesia (FAM Publishing, 2015), Ensiklopedi Penulis Indonesia Jilid 3 – 32 Penulis Indonesia (FAM Publishing, 2015), memoar Kinanah (Pintukata, 2016), Buku Putih (Prima, 2016), Batak Juga Muslim (2016) – sudah dibedah di koran Harian Analisa, Mengantar Bintang ke Angkasa (2017), Puisi untuk Nabi (2017), Catatatan Perjalanan – Jogja Istimewa (2018), Masa Terindah (2018), dan Berantakan (2018), dan Sajak Cinta untuk Ibu (2019).
(*by Prasasti Sastra Pena Sastra)
Attention : Bagi Anda yang ingin berkomentar, silahkan mengunjungi media sosial kami, seperti yang tertulis di footnotes paling bawah halaman ini!