Keberadaan kucing sangat umum di antara umat Islam dan menjadi karib bagi berbagai kalangan. Dari ibu rumah tangga hingga cendekiawan besar. Mereka menyayangi, selain karena keindahannya, tetapi juga karena kucing memiliki fungsi praktis, di antaranya mengusir tikus.
Dilansir dari khazanah.republika.co.id, banyak pula cendekiawan Muslim yang menuliskan syair yang didekasikan untuk kucing-kucing yang mereka punyai. Ini merupakan penghargaan yang mereka berikan pada kucing mereka, sebab kucing-kucing itu telah menjaga kitab-kitab yang mereka miliki dari serangan binatang perusak seperti tikus..
Lebih penting lagi, kucing itu tak hanya menjadi tema atau hewan peliharaan. Namun, bagi seorang Muslim juga menuai hikmah dari interaksinya dengan kucing. Ini pernah terjadi pada seorang ahli tata bahasa bernama Ibnu Babshad.
Kisah Ibnu Babshad, tertulis dalam buku karya Lorraine Chittock, Cats of Cairo. Saat itu, Babshad, sedang duduk bersama rekan-rekannya di atap sebuah masjid di Kairo. Mereka mengonsumsi makanan. Saat seekor kucing mendekat ke arah mereka, mereka pun memberinya makan.
Kucing tersebut lalu mengambil makanan itu dan segera berlari. Namun, tak lama kemudian, kucing itu kembali lagi, terus begitu. Rasa penasaran mendera mereka, dan akhirnya memutuskan untuk mengikuti kucing tersebut.
Mereka melihat kucing itu berlari menuju ke atap sebuah rumah dan di sana terdapat seekor kucing yang matanya buta. Kucing yang tadi mereka beri makan, kemudian dengan hati-hati meletakkan makanan itu di depan kucing yang bermata buta itu.
Kepedulian kucing pada kucing lainnya yang buta, telah menyentuh hati Babshad. Kesadaran menerpanya, bagaimana Allah memelihara makhluk-Nya yang buta, yang menyerahkan segalanya kepada-Nya dan hidup dalam penderitaan.
Keyakinan ini terus melekat dalam dirinya hingga ajal menjemputnya pada 1067. Cerita tentang Babshad dan kucing yang memberinya pencerahan, diungkapkan oleh teolog dan ahli zoologi asal Mesir, al-Damiri, yang meninggal pada 1405.
Kucing juga menjadi bagian dari ribuan kisah tentang sufi. Seperti, kisah tentang seekor kucing di Madrasah Syeikh Ashraf, yang membantu para guru menjalankan tugasnya, dan bahkan kucing tersebut rela mengorbankan dirinya demi para murid madrasah itu.
Juga, ada cerita mengenai seorang sufi dari Irak pada abad ke-10, bernama Shibli. Ia bermimpi, dosa-dosanya telah Allah SWT ampuni. Sebab, Shibli telah menyelamatkan kehidupan seekor anak kucing. Semua itu, berisi pesan moral yang sangat penting.
Kitab Al-Hayawan, yang merupakan karya fenomenal cendekiawan Muslim bernama Al-Jahiz, pada abad ke-9, juga membahas tentang kucing, dalam bahasa secara umum mengenai binatang. Karya Al-Jahiz ini, telah memberikan inspirasi bagi banyak orang.
Rasa cinta terhadap kucing juga dituangkan dalam bidang seni. Para pelukis menjadikan kucing sebagai objek lukisannya. Lukisan itu, terdapat pula dalam produk garmen, koin, juga karpet. (*)
BACA JUGA :
Kucing Bernama Missy, 11 tahun Hilang Akhirnya Bertemu Pemiliknya
Kucing Bisa Tahu Saat Pemiliknya Sedang Sedih
20 Tempat Penitipan Hewan, Jangan Biarkan Hewan Kesayangan Terlantar Saat Pergi Mudik
Mbah Lasiyo “Profesor Pisang” Indonesia yang Mendunia
15 Destinasi Wisata Alam dan Wisata Sejarah di Kalimantan Selatan
Teknik Telunjuk Jadi Keunggulan Naomi Main MLBB
Waspadai Gangguan Bipolar pada Remaja
Wali Kota Banjarmasin Tidak Mempunyai Program Seni Budaya?
Teramat Celeng, Pelajar Kritik Korupsi di Indonesia
Hakikat Wali, Merka yang Percaya dan Tidak
(*PraPeN : araska banjar)
Attention : PraPeN “Readers” yang ingin bergabung dengan media sosial kami, bisa melihat tautannya di footnotes paling bawah halaman ini!