Nama Erol Iba mungkin tak begitu asing bagi penikmat sepak bola periode 1990-2000-an. Kisah perjalanan spiritual mantan pemain Timnas Indonesia bernama lengkap Erol Franciscus Xaverius Iba menjadi mualaf cukup inspiratif.
Dilansir dari erakini.id, selama kariernya di sepak bola, Erol dikenal dengan kecepatan yang menjadi ciri khasnya saat menyisir sisi kiri. Selain diberkahi dengan kecepatan, Erol Iba juga bagus dalam dribel bola, passing dan sangat agresif saat menyerang.
Erol Iba merupakan talenta asli dari tanah Papua. Lahir pada 6 Agustus 1979, Erol sudah menunjukkan bakatnya mengolah si kulit bundar sejak usia 19 tahun. Semen Padang menjadi klub pertama kali yang dibela Erol Iba mengawali kariernya sebagai pesepakbola profesional pada 1998.
Bermula di Semen Padang, Erol memang berpindah membela klub-klub besar Indonesia. Sebut saja, Pelita Jaya, Arema FC, Persipura dan Sriwijaya FC. Hingga akhirnya mendapat kesempatan bermain untuk Timnas Indonesia.
Dari melalang buana ya bersama klub-klub besar Indonesia, Erol mendapat banyak kisah berharga. Namun bagi ia Semen Padang adalah klub yang memiliki kenangan tersendiri.
Erol menyatakan Semen Padang sebagai klub yang tidak bisa dilupakan olehnya karena dirinya juga mendapat seorang istri. Ia pun turut berbahagia karena bisa meminang sang istri, Liza Fitri Yenni saat membela klub dari Tanah Minang.
Selain itu Semen Padang sangat berharga karena berperan besar membuat dirinya mendapat hidayah untuk berhijrah menganut agama Islam meski keputusan itu tidak dilalui dengan mudah.
“Dari semua klub yang saya bela, yang paling berkesan di Semen Padang. Di Semen Padang saya pertama kali bermain dan di Padang saya mendapat istri. Yang paling berkesan lainnya adalah saya mendapat hidayah untuk hijrah menjadi seorang mualaf juga di Semen Padang,” kenangnya
Ia menjelaskan bahwa dirinya selalu menggali dan memperdalam ajaran yang termaktub dalam agama Islam. Ia menuturkan faktor utama penyebab dirinya mualaf saat melihat skuad Semen Padang selalu shalat dan ibadah puasa. Ia pun sempat mengikuti ibadah puasa sebelum menganut Islam.
“Saya pelajari saat teman-teman di Semen Padang sembahyang, saat mereka puasa saya ikut puasa. Pokoknya hal itu saya jalani tidak sebentar karena saya butuh waktu sekitar empat tahun untuk mempelajarinya hingga akhirnya tahun 2002 saya mantab untuk hijrah,” tukasnya.
Keputusan memeluk Islam langsung memantik reaksi keluarganya. Maklum, lahir dari keluarga non-muslim, tentunya keputusan pemain asal Papua ini berpindah agama tak langsung mendapat respons baik.
Menurut Erol, ibunya adalah orang yang pertama kali mengungkapkan ketidaksetujuan atas keputusannya. Tapi seiring berjalannya waktu, akhirnya sang ibu bisa menerima keputusan Erol dengan syarat harus menjalankannya dengan benar dan taat.
“Ibu yang pertama tidak begitu setuju dengan keputusan saya. Tapi Alhamdulillah, seiring berjalannya waktu akhirnya bisa menerimanya,” terang anak sulung dari empat saudara ini.
Sementara sang ayah menurut Erol pada prinsipnya menyerahkan keputusan itu kepada dirinya. “Bapak prinsipnya terserah anak-anak. Kalau menurut anaknya itu baik silakan. Bahkan beliau pesan setelah masuk Islam jangan lupa sembahyang, berperilaku yang baik. Karena apapun agamanya kalau perilaku tidak baik, tetap sama saja tidak akan jadi orang yang baik,” tambahnya.
Setelah mengucapkan kalimat syahadat, Erol pun berbagi kisah tentang pengalaman pertama kali menunaikan ibadah puasa. “Sebelum mualaf, saya sudah terbiasa ikut puasa pas tahun 1998, karena mayoritas teman-teman saya berpuasa waktu di Semen Padang. Tapi puasa saya tak seperti seorang muslim, kapan mau puasa ya puasa, kalau tidak ya tidak,” katanya.
Tapi setelah resmi menyandang status muslim, Erol mengaku tak ingin meninggalkan Rukun Islam keempat itu. “Tak peduli mau dalam keadaan latihan. Karena puasa ini sudah jadi kewajiban seorang muslim,” tegasnya.
Sebagai muslim Erol bertekad senantiasa memperbaiki ibadah dalam menjalani hidupnya kini. “Saya berharap, puasa tahun ini ibadah saya lebih ditingkatkan,” urainya.
Karier Sepak Bola
Selama kariernya di lapangan hijau, Erol pernah berkutat membela berbagai klub papan atas tanah air, bahkan beberapa di antaranya masih mengarungi di Liga 1 2024/2025. Sejumlah klub itu yakni Pelita Jaya, Arema FC, Sriwijaya FC, dan Persipura. Bersama Persipura, Erol berhasil menyabet gelar juara Liga Indonesia.
Kemudian, Erol juga pernah bermain untuk Gresik United, PSPS Pekanbaru, Persik Kediri, Persebaya 1927, dan terakhir di Persepam MU. Dari pengalamannya memperkuat sejumlah klub besar membuat Erol Iba diberikan kesempatan sebagai pemain bertahan yang ganas bersama Garuda.
Erol mempunyai catatan kisah bersama Timnas di berbagai ajang kompetisi dan event lainnya pada periode 2006-2013. Ia mencatatkan caps 15 kali saat berseragam Timnas. Sepak terjang Erol juga terlihat di sejumlah kompetisi di antaranya seleksi Pra-Piala Asia 1999 serta seleksi Pra-Piala Dunia 2001.
Tak cukup sampai di situ. Erol juga pernah merasakan bermain di SEA Games 2001, seleksi Pra-Piala Asiai 2003, Timnas Selection versus Afrika Selatan 2006. Terakhir, ia pernah menjadi salah satu pemain yang merasakan kompetisi Merdeka Games Malaysia 2006 dan Piala Asia 2007. (*)
BACA JUGA :
Sejumlah Selebriti yang Rayakan Lebaran Pertama Setelah Jadi Mualaf
Deretan Public Figure yang Mualaf di Tahun 2024-2025
Hari Raya di Tengah Duka, Warga Gaza Shalat Idul Fitri di Reruntuhan Masjid
Hari Raya Id Menurut Syekh Abdul Qadir al-Jailani
Hari Raya Idul Fitri Bagi Para Sufi
Perilaku Diskriminatif Suporter, FIFA Hukum PSSI Didenda Rp 400 Juta Lebih
“Kekuatan Misterius”, Kata Media China untuk Timnas Indonesia Jelang Laga Kontra China di Kualifikasi Piala Dunia 2026
Jadwal MotoGP Qatar April 2025, Momentum Francesco Bagnaia
Apri/Febi Kandas, RI Tanpa Wakil di Final Malaysia Masters 2025
(*PraPeN : araska banjar)
Attention : PraPeN “Readers” yang ingin bergabung dengan media sosial kami, bisa melihat tautannya di footnotes paling bawah halaman ini!